Mengenal Penyakit Penting Tanaman Pisang
Tanaman
pisang (Musa paradisiaca) di Indonesia
sudah tidak asing lagi. Tanaman pisang tersebar luas di setiap daerah. Tanaman
pisang termasuk tumbuh-tumbuhan herba dan berbiji tunggal (monokotil). Tanaman
pisang tergolong mudah dalam perawatannya, sehingga banyak masyarakat yang
membudidayakan pisang, selain untuk konsumsi, pisang juga banyak digunakan
sebagai sarana upacara adat khususnya di Bali.
Tanaman
pisang tidak terlepas dari penyakit yang sering menyerangnya. Penyakit tanaman
adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut adalah virus, bakteri, protozoa, jamur, dan cacing nematoda.
Mikroorganisme tersebut dapat menyerang, akar, batang, daun, bahkan buah. Organisme yang dapat hidup dan ditemukan pada
tanaman pisang diantaranya Cucumber
Mosaic Virus / Pseudomonas
solanasearum (penyebab layu bakteri), Pseudomonas
celebensis (penyebab penyakit darah), Fusarium
oxysporum (penyebab layu), Bunchy top
virus (penyebab kerdil pisang).
1. Layu Bakteri
Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum ini telah menimbulkan kerusakan berat pada tanaman pisang Cavendish
dan pisang ambon di Amerika Tengah, Honduras, dan Brazil.
Tanaman
yang terserang dapat menunjukkan gejala-gejala serangan diantaranya adalah sebagai
berikut :
-
Daun – daun menguning
-
Fase berikutnya, daun layu dan terkulai,
-
Anakan dan batangnya pun menguning
seluruhnya, dan tanaman akan mati.
Gejala
yang lebih spesifik terlihat pada buah yang terserang tidak berisi daging
melainkan terisi cairan seperti lendir yang berwarna merah kecoklatan akibat
kandungan bakteri. Penyakit ini banyak terjadi akibat kondisi tanah dan
drainase yang kurang baik, sehingga pengendalian layu bakteri ditekankan pada
usaha pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas penyakit, pengolahan tanah
dan drainase yang baik, pemupukan berimbang, serta pemeliharaan yang intensif.
2. Penyakit Darah
Penyakit
darah disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
celebensis. Kata celebensis
merupakan nama daeah asal bakteri ini ditemukan, yaitu di daerah Selebes.
Serangan bakteri ini dimulai dari bagian bawah, yaitu dari akar, batang, daun,
hingga buah. Bila bakteri ini sudah menyerang batang dan bonggol pisang,
apabila batang atau bonggol tersebut dipotong, dalam beberapa saat akan keluar
cairan kental berwarna merah seperti darah. Sedangkan pada daun, daun-daun yang
terserang mula-mula menunjukkan garis-garis coklat kekuning-kuningan menuju kearah
tepi. Akhirnya daun akan cepat menguning dan berubah menjadi warna coklat. Sedangkan
pada buah, buah yang hampir matang terlihat seperti dipanggang, dan akhirnya
membusuk.
Penyakit
darah ini merupakan salah satu penyakit penting yang menimbulkan kerugian bagi
petani pisang di Sulawesi, tempat penyakit ini ditemukan oleh Gaumman pada
tahun 1902. Penyakit darah merupakan penyakit tanaman pisang yang utama dan
paling ganas yang pernah ditemukan di Indonesia.
Pemberantasan
penyakit ini dapat dilakukan dengan membongkar tanaman pisang yang sudah
terserang . Pengolahan tanah dan drainase yang baik merupakan langkah
memusnahkan daur hidup bakteri penyebab penyakit.
3. Layu Fusarium
Penyakit
yang pertama kali ditemukan di Panama pada tahun 1890 ini ternyata daerah
penyebarannya cukup luas, mulai dari pertanaman pisang di Asia, Australia,
sampai ke Amerika. Penyebabnya adalah cendawan Fusarium oxysporum. Tanaman yang terserang cendawan ini menunjukkan
gejala penguningan pada daun. Gejala lebih lanjut, daun-daun menggantung pada
daun. Gejala sangat bervariasi
tergantung pada keadaan tanaman dan lingkungan pertanama, dan biasanya serangan
tampak pada tanaman berumur 5 – 10 bulan.
Penyakit
layu fusarium ini sangat mudah sekali menular lewat sisa-sisa tanaman, aliran
air permukaan tanah, bibit, dan alat-alat pertanian. Pencegahan penyakit ini
bisa dilakukan dengan cara menanam jenis pisang yang resisten.
4. Penyakit Kerdil Pisang
Penyakit
ini pertama kali ditemukan di Kepulauan Fiji pada tahun 1889. Tiga tahun
berikutnya penyakit ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar karena Fiji
tidak dapat mengekspor pisang. Pada tahun 1979 penyakit ini menggegerkan petani
pisang di daerah Kabupaten Bandung dan dilaporkan pada tahun 1985 penyakit ini
sudah menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Penyakit
ini disebarkan oleh kutu Pentalonia
nogronervosa yang besarnya sekitar 1,2 – 1,6 mm. Badannya berwarna coklat
kemerahan sampai coklat gelap mengkilap. Biasanya kutu ini bergerombol di pusat
tajuk, sebab di sana banyak makanan dan cukup terlindungi.
Gejala
serangan yang ditimbulkan, yaitu daun pisang terlihat garis-garis hijau gelap
terputus-putus bercampur dengan garis-garis bening. Kemudian daun berubah warna
menjadi kuning terutama pada bagian tepinya. Serangan lebih lanjut, tanaman
tumbuh kerdil dengan tangkai daun bertumpuk dan tumbuh kecil-kecil, helaian
daun kaku, serta rapuh. Akibatnya tanaman tidak bisa menghasilkan buah, karena tidak
bisa berfotosintesis dengan baik.
Faktor
lain yang turut mendukung penyebaran penyakit adalah jarak tanam yang terlalu
rapat, hujan, kesuburan tanah, suhu tinggi, dan tempat terlindung. Pengaruh
lingkungan ini secara tidak langsung memperbanyak populasi kutu daun sehingga
penyebaran penyakit pun semakin cepat.
Agar
tidak meluasnya penyakit kerdil ini , sebaiknya vektor harus dimusnahkan dengan
insektisida, dan dianjurkan menanam bibit yang berasal dari rumpun yang sehat
atau bersertifikat dari hasil kultur jaringan, serta varietas yang resisten.
Komentar
Posting Komentar